Senin, 18 Februari 2013

FILSAFAT ILMU

BAB I PENGANTAR ILMU FILSAFAT I. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami Konsep filsafat, obyek filsafat, metode filsafat, ciri-ciri filsafat, asal dan peranan filsafat, kegunaan filsafat dan pembagian cabang-cabang filsafat. II. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan Konsep filsafat, obyek filsafat, metode filsafat, ciri-ciri filsafat, asal dan peranan filsafat, kegunaan filsafat dan pembagian cabang-cabang filsafat III. Waktu : 2 X 50’ IV. Pertemuan : 1 dan 2 V. Materi A.PENGETIAN FILSAFAT(sendra) Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat di tinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan terminologi. 1. Arti Secara Etimologi Kata filsafat yang dalam bahasa arab falsafah yang dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi fisafat berate cinta keijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali di gunakan oleh pythgoras (582-496 sm). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas,kemudian pengertian filsafat itu di perjelas seperti halnya yang banyak di pakai sekarang ini oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 sm).(lasiyo dan yuwonu,1985,hlm.1) 2. Arti Terminologi Arti terminology maksudnya arti yang di kandung oleh istilah atau statemen ‘filsafat’. Karena batasan filsafat itu banyak,maka sebagai gambaran di kenalkan beberapa batasan. a. Plato Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. b. Aristoteles Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (fisafat keindahan). c. Al Farabi Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam mewujudkan bagaimana hakikat yang sebenarnya. d. Rene Descartes Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana tuhan, alam,dan manusia menjadi pokok penyelidikan. e. Immanuel Kant Filsafat adalah (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemology ( filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. e. Langeveld Filsafat adalah berfikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan tuhan, keabadian, dan kebebasan f. Hasbullah Bakry Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat di capai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. g. N. Driyakarya Filsafat adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ada dan berbuat permenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya sampai ke mengapa yang penghabisan. h. Notonagoro Fisafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam,yang tetap dan yang tidak berubah, yang di sebut hakikat. i. Ir Poedjawijatna Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Adapun Ali Mudhofir (1966) memberikan filsafat sangat beragam, yaitu sebagai berikut: 1. Filsafat Sebagai Suatu Sikap Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandangan. 2. Filsafat Sebagai Suatu Metode filsafat sebagai metode artinya cara berpikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. 3. Filsafat Sebagai Kelompok Persoalan Banyak persoalan abadi yang dihadapi manusia dan para filsuf yang berusaha memikirkan dan menjawabnya. Beberapa pertanyaan yang di ajukan pada masa lampau telah dijawab secaraa memuaskan. Misalnya pertanyaan tenang ide-ide bawaan telah telah dijawab oleh Jhon Locke pada abad ke-17. namun, masih banyak pertanyaan lain yang dijawab sementara. Disamping itu juga masih banyak problem yang jawabannya masih diperdebatkan ataupun diseminarkan sampai hari ini, bahkan ada yang belum terpecahkan. 4. Filsafat Sebgai Kelompok Teori Atau System Pemikiran. Sejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori atau system pemikiran yang terlekat pada nama-nama filsuf besar seperti Socrates, plato, airstoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, hegel, karl marx, august comte, dan lainnya. 5. Filsafat Sebagai Analisis Logis Tentang Bahasa Dan Penjelasan Makna Istilah. Kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf analitika seperti G. E. Moore, B, Russell, L. witt Genstein, G Ryle J.L Austin dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dalam kehidupan sehari-hari mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide. 6. Filsafat Merupakan Usaha Untuk Memperoleh Pandangan Yang Menyeluruh. Fisalafat memncoba menggabungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjdai suatu pendangan dunia yang konsisten. Para filsuf brhasrat meninjau kehidupan tidak dengan sdutu pandangan yang khusus sebagai mana yang dilakukan oleh seorang ilmuwan. Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya masih banyak yang belum di cantumkan, dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Hakikat adlah suatu prinsip yang menyatakan sesuatuadlah sesuatu itu. Filsafat adalah usaha untuk mengetahu segala sesuatu. Ada/being merupakan implikasi dasar. Jadi, filsafat membahas lapisan yang terkahir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang paling dasar. Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari sesuatu objek/gejala secara mendalam. B.OBJEK FILSAFAT(anggi) Objek filsafat adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua yaitu objek material dan formal. 1. objek material filsafat. Objek material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang di selidiki, di pandang, atau disorot, oleh sutu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkreet atau pun hal yang abstrak. Objek material dan filsafat mempunyai beberapa istilah dari para cendekiawan, namun semua itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan Sedangkan persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang dikemukakan oleh Ali Mudhofir (1966), yaitu sebagai berikut. 1. Bersifat sangat umum. Artinya, persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus. Dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan ide-ide besar. Misalnya, filsafat tidak menanyakan “berapa harta yang anda sedekahkan dalam satu bulan? Akan tetapi, filsafat menanyakan “apa keadilan itu?” 2. Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah. 3. Bersangkutan dengan nilai-nilai, artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian dengan penilaian baik moral,estetis, agama, dan sosial. 4. Bersifat kritis. Artinya, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis. 5. Bersifat sinoptik. Artinya, perosalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan. 6. Bersifat imlpikatif. Artinya, kalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh kepentingan-kepentingan manusia. 2. objek formal filsafat. Objek formal, yaitu sudut pandang yang ditunjukkan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu dosorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari yang lain. Satu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya obyek materialnya adalah “manusia” dan manusida ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda, sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya. Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. Jadi yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek amterial dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain obyek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. C. METODE FILSAFAT(vanti) Kata metode bersal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (ialah menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (ialah jalan, perjalanan, cara, arah) kata methodtos sendiri lalu berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut system aturan tertentu. Disusun menurut garis histories sedikitnya ada 10 metode, yaitu sebagai berikut. 1. metode kritis: Socrates, plato. Bersifat analistis dan istilah pendapat. 2. metode intuitif : plotinus, bergson dengan jalaninstropeksi intuuitif, dan dengan pemakaian symbol-simbool dasahkan pembersihan intelektual (bersama dengan pensucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran. 3. metode skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, filsafat abad pertengahan. Bersifat sinteetis-deduktif. 4. metode geometris : rene descrates dan pengikutnya. Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain) dari hakikat-hakikat itu dideduksikan secara matematis sesla pengeertian lainnya. 5. metode empiris : hobbes, locke, Berkeley, david hume. Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide)dalam instropeksi dibandingkan dengan impresi dan kemudian disusun bersama secara geometris. 6. metode transcendental : imanuel kant, neo-skolastik. Bertitik tolakk dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian. 7. metode fenomenologis : husserl, eksistenisalisme. Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis(reduction), refleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. 8. metode dilektis : hegel, marx. Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri, menurut triadetesis, antitesis, sintesis, di capai hakikat kenyataan. 9. metode neo-positiviistis kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan0aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta). 10. metode analitika bahasa : wittgenstein . dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari di tentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosodfis. D.CIRI-CIRI FILSAFAT (rustam) 1. Menyeluruh Artinya pemiliran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup. 2. mendasar Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepda hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasr berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak hanya berhenti pada periferis (kulitnya) saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya. 3. spekulatif. Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannnya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai keselesaian. E. ASAL DAN PERANAN FILSAFAT(upik) 1. Asal filsafat Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu sebagai berikut. a. Keheranan. Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (dalam bahasa yunani thaumasia) sebagai asal filsafat. b. Kesangsian. Filsuf-filsuf lain, seperti Augustinus (254-460 M) dan Rene Descartes (1596-1650) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. c. kesadaran akan keterbatasan. Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahawa dirinya sangat kecil an terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. 2. Peranan fisafat sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya 3 peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia. a. Pendobrak. Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penajara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba biasa rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. b. pembebas. Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. c. Pembimbing. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan membimbing manusia untuk berpikir dengan cara rasional. F. KEGUNAAN FILSAFAT(sendra) Filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. kemampuan itu di pelajari dari 2 jalur. Pertama secara sistematik. Artinya, filsafat menawarkan berbagai metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab dan keadilan. Jalur kedua adalah sejarah filsafat. Disini belajar untuk mendalami, menaggapi serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka. Menurut Franz Magnis Suseno (1991) sekurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang sangat di butuhkan oleh segenap orang yang di zaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan,bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat,yaitu sebagai berikut. G. PEMBAGIAN CABANG-CABANG(anggi) Filsafat secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsfat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Didalamnya meliputi logika, metodologi, epistemology, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsfat ketuhanan (teologi), filsfat manusia, dan kelompok filsfat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat komunikasi, dan lain-lain. Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat di sepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern. Bagian ini meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina, dan sejarah filsafat islam. pembagian atau cabang filsafat menurut para ahli. a. Louis O. Kattsof menyebutkan bahwa cabang-cabang filsafat adalah logika, metodologi, metafisika, epistomologi, filsafat antropologi, filsafat sosiologi, etika, estetika, dan filsafat agama. b. The Liang Gie membagi filsafat sistematis menjadi: 1. metafisika (fislafat tentang hal ada). 2. epistemology (teori pengetahuan). 3. metodologi (teori tentang metode). 4. logika ( teori tentang penyimpulan). 5. estetika (filsafat tentang keindahan). 6. etika ( filsafat tentang pertimbangan moral). 7. sejarah filsafat. c. Harry Hamersma membagi cabang-cabang filsafat menjadi : 1. filsafat tentang pengetahuan : epistomologi, logika, kritik ilmu-ilmu. 2. filsafat tentang keseluruhan kenyataan: 3. filsafat tentang d. IR. Poedjawijatna membagi filsafat itu menjadi :ontologia, theodicea, antropologia, metaphysica, ethica, logica,aesthetica. e. Plato membedakan lapangan filsafat kedala 3 cabang, yaitu dialektika, fisika, dan etika. f. Aristoteles merumuskan pembagian filsafat kedalam 4 macam cabang yaitu sebagai berikut. 1. logika. Ilmu ini bagi Aristoteles dianggap sebagai ilmu pendahluan bagi filsafat. VI. Literatur Surajiwo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembanganya di Indonesia. PT Bumi Aksara. Jakarta Suryasumantri Jujun, 2007, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Achmadi Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Achmad Cecep, 1989. Filsafat Administrasi dan Manajemen, Bandung: Yayasan Bina Administra BAB II EPISTEMOLOGI I. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami Konsep epitemologi, arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, dan asal-usul pengetahuan. II. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagaimana Konsep epitemologi, arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, dan asal-usul pengetahuan. III. Waktu : 2 X 50’ IV. Pertemuan : 3 dan 4 V. Materi 1. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI Epistemologi berasal dari kata yunani, Episteme dan logos.Episteme biasa di artikan pengetahuan atau kebenaran, dan Logos diartikan pikiran,kata,atau teori.Epistemologi secara Etimologi dapat diartikan teori pengetahuan. Etimologi merupakan cabang filsafat yang mampersoalkan atau menyelidiki tentang asal, susunan, metode, serta kebenaran pengetatahuan. Menurut Langeveld,teori pengetahuan membicarakan hakikat pengetahuan, dan susunan berbagai jenis pengetahuan. Epistemologi atau Filsafat Pengetahuan,adalah cabang Filsafat yang mempelajari dan memcoba menentukan kodrat dari scope pengetahuan, pengandalan-pengandalan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. 2. ARTI PENGETAHUAN Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu.Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu berdiri atas unsure yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran yang mengenai hal yang ingin diketahuinya itu.Oleh karena itu,pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya.Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Antara ilmu dan pengetahuan saling berkaitan.Ilmu artinya pengetahuan atau kepandaian.Dari penjelasan dan beberapa contohnya,maka yang dimaksud pengetahuan atau kepandaian tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam,tapi juga termasuk “KEBATINAN” dan persoalan-persoalan lainnya. Pengetahuan dapat dikembamgkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi tiga kriteria,yaitu Objek Kajian, Metode Pendekatan dan Bersifat Universal. Semua pengetahuan hanya di kenal dan ada dalam pikiran manusia,tanpa pikiran pengetahuan tidak akan eksis.Oleh karena itu,keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrat.Menurut Bahm ( dalam Rizal Mustansyir dkk,2001 ) menyebutkan ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran. A. Mengamati (OBSERVESI);Pikiran berperan dalam mengamati objek-objek.Dalam melaksanakan pengamatan terhadap objek itu maka pikiran haruslah mengandung kesadaran.Oleh karena itu,disini pikiran merupakan bentuk kesadaran.Kesadaran adalah suatu karakteristik atau fungsi pikiran. B. Menyelidiki (INQUIRES): ketertarikan pada objek dikondisikan oleh jenis-jenis objek yang tampil.Tenggang waktu atau durasi minat seseorang pada objek itu sangat tergantung pada “ DAYA TARIKNYA”.Dengan demikian minatlah yang membimbing seseorang secara alamiah untuk terlibat kedalam pemahaman pada objek-objek. C. Percaya (BELIEVE) ; Manakala suatu objek muncul dalam kesadaran,Biasa objek-objek itu diterima sebagai objek yang Nampak.Kata percaya biasanya dilawankan dengan keraguan.Sikap menerima sesuatu yang menampak sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan dinamakan kepercayaan. D. Hasrat ( DESIRES ); Kodrat hasrat ini mencakup kondisi biologis serta psikologis dan interaksi dialektrik antara tubuh dan jiwa.Karena pikiran dibutuhkan untuk aktualisasi hasrat ,kita dapat mengatakannya sebagai hasrat pikiran, tanpa pikiran tidak mungkin ada hasrat.Beberapa hasrat muncul dari kebutuhan Jasmaniah,seperti nafsu makan,minum,istirahat,tidur,dan lain-lain.Beberapa hasrat juga bisa timbul dari pengertian yang lebih tinggi seperti hasrat diri,kepada objek-objek,pada orang lain,kesenangan pada binatang,tumbuh-tumbuhan.dan proses interaktif. E. Maksud ( INTENDS );Kendatipun memiliki maksud ketika akan mengobservasi ,menyelidiki,mempercayai dan berhasrat ,namun sekaligus perasaannya tidak berbeda atau bahkan terdorong ketika melakukannya. F. Mengatur ( ORGANIZES );Setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam diri seseorang.Pikiran mengatur : 1).Melalui kesadaran yang sudah menjadi. Kesadaran adalah suatu kondisi dan fungsi mengetahui secara bersama. 2). Melalui intuisi yakni kesadaran penampakan dalam setiap kehadiran. 3). Manakala ia mengatasi setiap kehadiran melalui gap ketidaktahuan dalam menampakan untuk menghasilkan kesadaran lebih lanjut seperti rasa bangun tidur. 4). Melalui panggilan untuk memunculkan objek, dan berperan serta dalam pembentukan objek-objek ini dari sesuatu yang mendorong untuk diatur melalui otak. 5). Melalui pengingatan dan mendukung penampakan pada objek-objek yang hadir,minat,dan proses. 6). Melalui pengantisipasian, peramalan, dan menjadikan kesadaran terhadap objek-objek yang di ramalkan. 7). Melalui proses Generalisasi,yaitu dangan mencetak kesamaan diantara berbagai objek dan menyatakan dengan tegas tentang kesamaan itu. G. Menyesuaikan (ADAPTASI);Menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh didalam fisik, biologis, lingkungan social kultural dan keuntungan yang terlihat pada tindakan, hasrat, dan kepuasan. H. Menikmati ( ENJOYS ) ; Pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan,orang yang asik dalam menekuni suatu persoalan,ia akan menikmati itu dalam pikirannya. 3. TERJADINYA PENGETAHUAN Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam Epistemologi.Pengetahuan memiliki dua sifat,yaitu pengetahuan bersifat a priori atau a posteriori.Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman,baik pengalaman Indra maupun pengalaman Batin.Adapun pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan Objektif. Vauger menyatakan bahwa titik tolak penyelidikan Epistemologi adalah situasi kita,yaitu kejadian.Kita sadar bahwa kita mempunyai pengetahuan lalu kita berusaha memahami,menghayati dan pada saatnya kita harus mamberikan pengetahuan dengan menerangkan dan mempertanggung jawabkan apakah pengetahuan kita benar,dalam arti mempunyai Isi dan Arti. Akal sehat dan cara mencoba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam.Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal sehat.Sebab tidak mempunyai landasan lain untuk berpijak.Tiap peradaban betapapun primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan.Sedangkan karakterustik akal sehat menurut titus adalah : 1. Karena landasannya yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebisaan dan pengulangan. 2. Karena landasannya yang berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk bersifat kabur dan samar. 3. Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji. 4. JENIS – JENIS PENGETAHUAN Pengetahuan dalam sebuah Devinisi Pengetahuan,bisa didevinisikan atau diberi batasan sebagai berikut ini : 1. Sesuatu yang dianggap ada 2. Sesuatu hasil persesuaian subjek dengan objek 3. Hasil kodrat manusia ingin tahu 4. Hasil persesuaian antara induksi dengan deduksi Selain devinisi yang ada di atas,dalam Kitab klasik ilmu logika, pengetahuan itu didevinisikan sebagai suatu gambaran objek-objek eksternal yang hadir dalam pikiran manusia. Maksud dari pengetahuan adalah Sesutu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.Pengetahuan ini meliputi Emosi, Tradisi, Keterampilan, Informasi, Akidah dan pikiran-pikiran. Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis,diantaranya : 1. Pengetahuan langsung ( IMMEDIATE ) Immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam Jiwa tanpa melalui proses penaksiran dan pikiran.Kaum realis (Penganut paham Realisme) mendevinisikan pengetahuan seperti itu.Umumnya dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagai mana adanya,khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah di kenal sebelumnya,seperti pengetahuan tentang pohon,rumah,binatang, dan beberapa Individu manusia. 2. Pengetahuan tak langsung ( MEDIATED ) Pengetahuan Mediated adalah hasil dari pengaruh dari pengaruh Interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu.Apa yang kita ketahiu dari benda=benda Eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan penyerapan pikiran kita. 3. Pengetahuan Indrawi ( PERCEPTUAL ) Pengetahuan indrawi adalah Sesutu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah.Sebagai contoh,kita menyaksikan satu pohon,batu atau kursi,dan objek-objeknya ini yang masuk kedalam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa factor yang berpengaruh,seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek Eksternal,sehatnya anggota-anggota indra badan (seperti mata,telinga,dan lain-lain) 4. Pengetahuan Konseptual ( CONCEPTUAL ) Pengetahuan Konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan Indrawi.Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tantang objek-objek dan perkara-perkara Eksternal tanpa berhubungan dengan alam Eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan diantara keduanya merupakan aktivitas pikiran. 5. Pengetahuan Partikular ( Particular ) Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu,objek-objek tertentu,atau realitas-realitas khusus.Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu,maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan particular itu sendiri. 6. Pengetahuan Universal ( UNIVERSAL ) Pengetahuan Universal mencakup individu-induvidu yang berbeda.sebagai contoh,ketika kita membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu ( seperti Muhammad,Ali,Hasan,Husain.dll ) 5. ASAL USUL PENGETAHUAN Asal usul pengetahuan termasuk hal yang sangat penting dalam Epistemologi. Untuk mendapatkan dari mana pengetahuan itu muncul (Barasal )bisa dilihat dari aliran-aliran dalam pengetahuan.Dari aliran ini tampak jelas perbedaannya bagaimana pengetahuan itu berasal.Aliran itu, Yakni sebagai berikut : a. Rasionalisme Aliran ini berpendapat bahwa Sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah Rasio ( AKAL ). b. Empirisme Aliran ini berpendapat,bahwa empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah.Akal bukan jadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman metide yang diterapkan adalah Induksi. c. Ksitisme Penyelesian pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme hendak diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan Kritisismenya. VI. Literatur Surajiwo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembanganya di Indonesia. PT Bumi Aksara. Jakarta Suryasumantri Jujun, 2007, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Achmadi Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Achmad Cecep, 1989. Filsafat Administrasi dan Manajemen, Bandung: Yayasan Bina Administra BAB III OBYEK DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU I. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami Konsep-konsep administrasi publik, teori administrasi publik, peran administrasi publik dan ruang lingkup administrasi publik. II. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagaimana Konsep-konsep administrasi publik, teori administrasi publik, peran administrasi publik dan ruang lingkup administrasi publik III. Waktu : 2 X 50’ IV. Pertemuan : 5 dan 6 V. Materi A. OBJEK FILSAFAT ILMU Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri. 1. Objek Material Filsafat Ilmu Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang di pelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secar umum. 2. Objek Formal Filsafat Ilmu Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya?. Bagimana memperoleh kebenaran ilmiah?. Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia?. Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaah ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh ilmuwan. Sikap atau pendirian filosofis secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua mainstream, aliran besar yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Spritualisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Spritualisme adalah suatu pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Jadi, landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmwan terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora. Landasan epistemologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelahaan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah meyode ilmiah. Metode ilmiah secara garis besar dibedakan atas dua kelompok, yaitu siklus empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode linear untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora. Cara kerja metode siklus empiris meliputi observasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi (percobaan), verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yand diajukan, sehingga melahirkan sebuah teori. Adapun cara keja metode linear meliputi langkah-langkah antara lain persepsi, yaitu penangkapan indrawi terhadap realitas yang diamati, kemudia disusun sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Landasan aksiologis penggambaran ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan. (Rizal Mustansyir, dkk., 2001) B. LINGKUPAN FILSAFAT ILMU MENURUT PARA FILSUF Filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Lingkup filsafat ilmu dari para filsuf dapat dijelaskan sebagaimana dikemukakan The Liang Gie (2000) sebagai berikut. 1. Peter Angels Menurut filsuf ini, filsafat ilmu mempunyai empat bidang kosentrasi yang utama: 1. Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat. 2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya. 3. Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu. 4. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dengan matematika dan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan. 2. A. Cornelius Benjamin Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang berikut. 1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari sistem perlambangan ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda. 2. Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan. Dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional, atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya. Segi ini dalam banyak hal berkaitan dengan metafisika, karena mencakup telaah terhadap berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan, keseragaman alam, dan rasionalitas dari proses alamiah. 3. Aneka telaah mengenai saling kait di antara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti misalnya idealisme, materialisme, monisme, atau prulalisme. 3. Marx Wartofsky Menurut filsuf ini rentangan luas dari soal-soal interdisipliner dalam filsafat ilmu meliputi: 1. Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metedologi ilmu; 2. Persoalan-persoalan ontologi dan epistemologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dari logika moderen dan model konseptual dari penyelidikan ilmiah. 4. Ernest Nagel Dari hasil penyelidikannya filsuf ini menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup tiga bidang luas: 1. Pola logis yang ditujukan oleh penjelasan dalam ilmu; 2. Pembuktian konsep ilmiah; 3. Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah. C. PROBLEMA FILSAFAT ILMU Banyak sekali pendapat para filsuf ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Berikut ini gambaran problem filsafat ilmu dari beberapa filsuf ilmu. 1. B. Van Fraassen dan H. Margenau Menurut kedua ahli ini problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahuan-tahun enam puluhan adalah: a. Metodologi Hal-hal yang banyak diperbincangkan ialah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori pengukuran. b. Landasan ilmu-ilmu Ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematika. c. Ontologi Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep subtansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas teoritis (The Liang Gie, 2000,hlm. 78-79) 2. Victor Lenzen Filsuf ini mengjukan dua problem: a. Strukur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah; b. Pentinganya ilmu bagi praktik dan pengetahuan tentang realitas. The Liang Gie, 2000, hlm 79). 3. The Liang Gie The Liang Gie (2000) berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat seumumnya, problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang pokok filsafat. Dengan demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat ditertibkan menjadi: 1. problem epistemologis tentang ilmu; 2. problem metafisis tentang ilmu; 3. problem metodelogis tentang ilmu; 4. problem logis tentang ilmu; 5. problem etis tentang ilmu; 6. problem estetis tentang ilmu. Dari beberapa pendapat mengenai problem filsafat ilmu dapat ditarik benang merahnya, yaknim sebagai berikut. a. Apakah konsep dasar dari ilmu? Maksudnya bagaimana filsafat ilmu mencoba untuk menjelaskan praanggapan dari setiap ilmu, dengan demikian filsafat ilmu dapat lebih menempatkan keadaan yang tepat bagi setiap cabang filsafat lainnya yang lebih utama adalah epistemologi atau filsafat pengetahuan dan metafisika. b. Apakah hakikat dari ilmu? Artinya langkah-langkah apakah suatu pengetahuan sehingga mencapai yang bersifat keilmuan. c. Apakah batas-batas dari ilmu? Maksudnya apakah setiap ilmu mempunyai kebenaran yang bersifat sangat universalataukah ada norma-norma fundamental bagi kebenaran ilmu. D. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT ILMU Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sifat arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah keterbukaan diri di kalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sebagai berikut. 1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memilki sifat kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik, yakni menganggap hanya pendapatnya yang paling benar. 2. Filsafat ilmu meruapak suatu usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang tejadi dikalangan para ilmuwan menerapkan suatu metode ilmiah tanapa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan di sini adalah menerapakan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya. 3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis tehadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Implikasi mempelajari filsafat ilmu seperti yang diuraikan Rizal Muatansyir, dkk., (2001) adalah sebagai berikut : 1. Bagi seorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengethuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuwan memilki landasan berpijak yang kuat. Ini berarti ilmuwan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar tentang ilmu-ilmu sosial. Dengan demikian antara ilmu yang satu dengan lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalin kerja sama yang harmonis untuk memecahkan persoalan-persoalan kemnusiaan. 2. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak kedalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berfikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosial-kemasyarakatan. VI. Literatur Surajiwo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembanganya di Indonesia. PT Bumi Aksara. Jakarta Suryasumantri Jujun, 2007, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Achmadi Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Achmad Cecep, 1989. Filsafat Administrasi dan Manajemen, Bandung: Yayasan Bina Administra BAB IV CIRI-CIRI, PEMBAGIAN DAN SUSUNAN ILMU PENGETAHUAN I. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami definisi pengetahuan, ciri-ciri ilmu pengetahuan, keragaman dan pengelompokan ilmu pengetahuan, II. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagaimana Konsep-konsep administrasi publik, teori administrasi publik, peran administrasi publik dan ruang lingkup administrasi publik III. Waktu : 2 X 50’ IV. Pertemuan : 7 dan 9 V. Materi A. DEFINISI ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.Ilmu merupakan fenomena menarik dalam kehidupan manusia,sebab ilmuwan yang secara prinsip dapat membedakan antara makhluk tingkat tinggi yaitu manusia. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori.Menurut THE LIANG GIE [1987] memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang menari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman seara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetauan sisitematis yang menjelakan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia. Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study),penyelidikan lingquiryl. Usaha menemukan (attempt to find) atau pencarian (search).Metode ilmiah merupakan produser yang mencakup berbagai tindakan pikiran,pola pikir,pola kerja,tata lingkungan,da cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada. Adapun menurut BAHM (dalam koento wibisono , 1997) definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam komponen yaitu : 1. Masalah (plroblem) Ada tiga karakteristik yang haus dipenuhi untuk menunjukan bahwa suatu makalah yang bersifat scientific. 2. Sikap (Attitude) Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain : Coriosity berati adanya rasa ingin tahu tentang bagaimana sesuatu itu ada,bagaimana sifatnya,fungsinya,dan bagaimana sesuatu dihubungkan dengan sesuatu yang lain. 3. Metode (Method) Berkenan dengan sifat metode scientific,para scientist tidak selalu melalui ide yang “pasti”yang dapat ditunjukan sebagai sesuatu yang absolut atau mutlak. 4. Aktifitas (activity) Science adalah sesuatu yang dikerjakan oleh para scientist,melalui apa yang disebut scientific research. Terdiri atas dua aspek,yaitu individual dan sosial. 5. Keimpulan (Conclutions) Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan dari Science ,yang diakhiri dengan pembenaran dari sikap,metode dan aktivitas. 6. Beberapa pengaruh (Effecfs) Pertimbangan dibatasi oleh dua penekanan ,yaitu pertama,pengaruh ilmu terhadap ekologi,melaluiapa yang disebut dengan applied science, dan kedua, pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakat serta membudayakan menjadi berbagai macam nilai. B. CIRI-CIRI ILMU PENGETAHUAN Ciri persoalan pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban.Dengan menilik persoalan keilmuan pada dasarnya masalah yang terkandung dalam ilmu adalah sealu ahrus merupakan suatu problema yang telah diketahuinya atau yang ingin dikrtahui,kemudian aa suatu penelaahan dan penelitian agar dapat diperoleh kejelasan tentunya dengan mempergunakan metode yang relevan untuk mencapai kebenaran yang cocok dengan keadan yang sesungguhnya. Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987) mempunyai 5 ciri pokok: 1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan. 2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur; 3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebes dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi; 4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu 5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga. Ilmu pengetahuan sebgai proses artinya, kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahamandunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya, dunia pergaulan yang tindak-tanduknya, peri laku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih, dan skeptisisme yang teratur. Demi objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja dengan cara ilmiah. Sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan, apabila dipenuhi syarat-syarat yang intinya adalah: 1. Ilmu harus mempunyai objek, ini berarti bahwa kebenaran yang hendak diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya. 2. Ilmu harus mempunyai metode, ini berarti bahwa untuk mencapai kebenaran yang objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi. 3. Ilmu harus sistematik, ini berarti bahwa dalam memberikan pengalaman, objeknya dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur. 4. Ilmu bersifat universal, ini berarti bahwa kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu tidak mengenai sesuatu yang bersifat khusus, melainkan kebenaran itu berlaku umum. C. KERAGAMAN DAN PENGELOMPOKKAN ILMU PENGETAHUAN Kumpulan pernyataan ilmuan menganai suatu objek yang memuat pengetahuan ilmiah oleh The liang gie mempunyai empat bentuk. 1. Deskripsi Deskripsi merupakan kumpulan pernyataan bercorak deskriptif dengan memberikan mengenai bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena yang bersangkutan. 2. Preskripsi Preskripsi merupakan kumpulan pernyataan bercorak preskriptif dengan memberikan petunjuk atau ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubu ngannya dengan objek sederhana itu. 3. Eksposisi Pola Bentuk ini merangkum pernyataan yang memaparkan pola dalam sekumpulan sifat, cirri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena yang di telaah. 4. Rekonstruksi Historis Bentuk ini merangkum pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alas an yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh baik secara ilmiah atau karena campur tangan manusia. Berikut ini merupakan penggolongan ilmu-ilmu, yakni sebagai berikut: a. Ilmu Formal dan Ilmu Nonformal atau Formal/Ilmu Non-empiris Nonempiris tidak berarti empiris atau pengalaman indrawi tidak mempunyai peran. Empiri/pengalaman indrawi tentu saja selalu memainkan peranan karena dalam pengenalan manusiawi, unsure-unsur indrwi tidak mungkin dilepaskan dari unsur-unsur intelektual. Suatu ilmu disebut ilmu non empiris (formal) karena ilmu ini dalam seluruh kegiatannya tidak bermaksud menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Suatu ilmu disebut ilmu empiris karena di dalam ilmu ini empiri atau pengalaman indrawi memainkan peranan sentral/utama. b. Ilmu murni dan Ilmu Terapan Ilmu murni/teoretis adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran. Ilmu terapan atau praktis ialah ilmu yang bertujuan untuk diaplikasikan atau diambil manfaatnya. c. Ilmu nomotetis dan idiografis Nomotetis ilmu, yang termasuk ilmu-ilmu ini adalah ilmu alam. Objek pembahasannya adalah gejala pengalaman yang dapat diulangi terus-menerus dan hanya merupakan kasus-kasus yang mempunyai hubungan dengan suatu hukum alam. Ilmu idiografis, yang ter masuk dalam ilmu ini adalah ilmu-ilmu budaya. Objek pembahasannya adalah objek yang bersi fat indi vidual, unik yang hanya terjadi satu kali dan mencoba mengerti atau memahami objeknya menuret keunikannya itu. d. Ilmu Deduktif dan induktif 1) Ilmu Deduktif Disebut ilmu deduktif karena semua pemecahan,yang di hadapi dalam ilmu ini tidak didasarkanatas pengalaman indrawi atau empiris ,melainkan tas dasar deduksi atau penjabaran.deduksi ialah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat khusus dan individual.Contoh ilmu deduktif:matematika 2) Ilmu induktif Suatu ilmu disebut ilmu induktif apabila penyelesaian masalah-masalah dalam ilmu yang bersangkutan didasarkan atas pengalaman indrawi atau empiris.yang termasuk kelompok ilmu induktif adalah ilmu alam.ilmu induktif bekerja selalu atas dasar induksi. induksi ialah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuantentang hal-hal yang bersifat khusus dan individual menarik kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat umum dan abstrak. e. Naturwissenschaften dan geistewissenschaften Pebedaan antara natur dan geist diusahakan oleh Wilhelm Dilthey berasarkan perbedaan antara ilmun nomotetes dan ideografis yang sudah digarap oleh Wilhelm Windelband. 1. Natur, adalah ilmu pengetahuan alam dan objek pembahasannya adalah benda alam atau gejala alam.Dan geist, adalah ilmu budaya dengan objek pembahasannya adalah produk manusiawi. 2. Ciri khas ilmu budaya adalah ia mempunyai metode tersendiri yang tidak bisa diambil dari metode ilmu alam. Ilmu budaya mendekati objeknya dengan cara verstehen ( mengerti atau memahami ). Erkleren menjelaskan suatu peristiwa atau gejala dasar penyebabnya atau berdasarkan suatu hukum umum yang berlaku di alam.Berbeda dengan benda-benda alam ,prouk-produk manusiawi hanya bisa didekati dengan menggunakan metode verstehen .Misalnya suatu karya seni hanya bisa dipahami dalam zaman historisnya atau kehidupan seniman yang bersangkutan.jadi, verstehen adlah menangkap makna produk manusiawi dan itu hanya bisa dilakukan dengan menempatkannya dalam konteks tertentu Berdasarkan enam jenis pokok diatas,The Liang Gie membagi ilmu enjadi tujuh jenis yaitu: a. Ilmu pasti ( Matematika). b. Ilmu perbintangan (astronomi). c. Ilmu alam (fisika). d. Ilmu Kimia. e. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi) f. Fisika sosisal (sosiologi) Berikut penjelasan penggolongan ilmu pengetahuan augute comte a. Ilmu pasti ( Matematika). b. Ilmu perbintangan (astronomi). c. Ilmu alam (fisika). d. Ilmu Kimia. e. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi) f. Fisika sosisal (sosiologi) D. SUSUNAN ILMU PENGETAHUAN 1. Langkah-langkah Dalam Ilmu Pengetahuan Setiap penyelidikan Ilmiah selalu diawali dengan situasi masalah dan berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut; a. Perumusan Masalah Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan perumusan masalah secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan memepunyai jalan untuk megetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan. b. Pengamatan dan pengumpulan Data atau Observasi Penyelidikan ilmiah dalam tahap ini mempunyai corak empiris dan induktif dimana seluruh kegiatan diarahkan pada pengumpulan data dengan melalui pengamatan data yang cermat sambil didukung oleh berbagai sarana yang canggih. c. Pengamatan dan Klarifikasi Data Dalam tahap ini ditekankan penyusunan fakta-fakta dalam kelompok, jenis dan kelas tertentu berdasarkan sifat yang sama. Kegiatan inilah yang disebut klarifikasi. d. Perumusan pengetahuan (definisi) Dalam tahap ini , ilmuwan mengadakan analisis dan sistesis secara induktif. Lewat analisis dan sintesis ilmuwan mengadakan generalisasi (kesimpulan umum). Generalisasi merupakan pengetahuan yang dituangkan dalam penetehuan umum atau universal. e. Tahap Ramalan (Prediksi) Dalam tahap ini, deduksi mulai memainkan peranan. Di sini dari teori yang sudah terbentuk tadi, diturunkan hipotesis baru dan hpotesis ini, lewat deduksi pula ilmuwan mulai meyususn implikasi logis agar dia dapat mengadakan ramalan-ramalan tentang gejalah yang akan terjadi atau masih terjadi. f. Pengujian Kebenaran Hipotesis (Verifikasi) Dalam tahap ini dilakukan pengujian kebenaran hipotesis dan itu artinya menguji kebenaran ramalan-ramalan tadi melalui pengamatan atau observasi terhadap fakta atau percobaan-percobaan. 2. Limas Ilmu Dalam tradisi ilmu-ilmu biasa digambarkan dalam bentuk limas. Dasar limas meliputi semua data yang diperoleh suatu disiplin ilmu tertentu melalui pengamatan (observasi), percobaan-percobaan (eksperimen). Adapun puncak limas diduduki oleh teori. Antara dasar dan puncak limas masih terdapat lagi beberapa tahap, misalnya klarifikasi data, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan lain-lain. Limas secara keseluruhan merupakan sistem ilmu. Atas dasar kesatuan ilmu ada tendensi untuk menerapkan gambar limas ini pada keseluruhan ilmu, hal ini dapat dimengerti karna ilmu pada dasarnya merrupakan kesatuan metode dan dalam kesatuan metode ini tiap-tiap ilmu mendapat tempatnya meskipun masih ada metode yang sangat teoritis. 3. Siklus Empiris Ilmu empiris memperoleh bahan-bahannya melalui pengalaman. Proses penyelidikan dapat digambarkan sebagai suatu daur yang terdiri dari lima tahap berikut. a. Obsesvasi Pengamatan yang biasa, Ilmu empiris memperoleh bahan-bahan dari kenyataan empiris yang dapat diamati dengan berbagai cara. Bahan itu disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diverifikasi diidentifikasi, didaftar,, dan diklarifikasi secara ilmiah. Observasi dibedakan observasi sehari-hari dan ilmiah. Observasi sehari-hari bersifat emosional, dikaitkan dengan emosi si pengamat, pengamatannya bersifat subyektif, sangat dipengaruhi oleh persepsi sosial, dipengaruhi oleh suatu kepentingan yang bersifat pribadi, menguntungkan dirinya sendiri. Observasi ilmiah emosi harus dikesampingkan bahan unsur subyektif dihilangkan, hal-hal yang dikenal dalam berpengaruh subyek dan variasi-variasi yang ada tidak diperhatikan, tidak ada kepentingan ddirinya sendiri, dipakai sarana- sarana tertentu, ditingkatkan. b. Indukasi Hal-hal yang diamati harus dirumuskan dalam beberapa pernyataan dan disimpulkan kembali dalam pernyataan umum. Setelah terulang-ulang kembali pernyataan umum tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum. c. Dedukasi Matematika serta logika memungkinkan pengolahan lebih lanjut dengan bahan-bahan empiris, bahan ini tercakup dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. d. Kajian (eksperimentasi) Berdasarkan sistem itu dapatlah dijabarkan pernyataan khusus tertentu, yang kemudian dapat dikaji lagi dalamkerangka observasi eksperimental atau tidak eksperimental tertentu. Dengan kajian eksperimental, pernyataan yang telah dijabarkan secara deduktif mendapat verifikasi atau falsifikasi secara empiris. e. Hasil-hasil kajian membawa kita pada tahap evaluasi, suatu teori yang disusun dengan menggunakan induksi dan deduksi. 4. Penjelasan dan ramalan Seorang ilmuan jika telah selesai melakukan pengamatan, iya harus membuat suatu urayan atau tuturan dari hal yang di catatnya. a. Penjelasan Adapun pembagian penjelasan dalam pengetahuan ilmiah antara lain sebagai berikut. 1. penjelasan logis penjelasan deduktif. Penjelasan ini terdiri dari serangkayan tindakan untuk menarik menarik berdasar sifat-sifat umum. 2 Penjelasan probabililistik Penjelasan probabililistik banayak di pergunakan dalam ilmu sosisal utamanaya ilmu politik. 3. Penjelasan finalstik Penjelasan finalstik adalah penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada tujuan. 4. Penjelasan tlistosis atau genetik Penjelasan ini berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu itu terjadiJelas hal ini menurutsuatu jawab tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang lampau 5. Penjelasan fungsional Penjelasan fungsional adalahbentuk penjelasan yang hendakmemberikan gambaran atas sesuatu dengan menggambarkan apa yang diselidiki dalam hubungannya dengan tempat atau keadaan yang telah diteliti dalam keseluruhan sistem dunia ojek tersebut berada. b. Ramalan Suatu hal yang patut dipakai dalam persiapan pengujian disamaping penjelasan atau verstehen juga ramalan atau prediksi.Bentuk ramalan yang banyak pakai antara lain sebagai berikut: 1. Ramalan menurut hukum 2. Ramalan menurut struktur 3. Ramalan menurut proyeksi 4. Ramalan menurut utopia E. ILMU DAN TEKNOLOGI Pada tataran nilai ideasional,muncul permasalahan yang lebih kompleks berkaitan dengan kedudukan dan peran ilmu teknologi dalam peradaban manusia,baik yang terkait dengan pergeseran nilai maupun yang terikat dengan berbagai dampak ideasional dari perkembangan ilmu dan teknolagi terhadapkomponen pengetauan manusia yang lain. Ada tujuan perbedaan antara ilmu dan teknologi menurut The liang gie (1992),yaitu sebagai berikut : 1. Teknologi merupakan suatu sistem adaptasi yang efisien untuk tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2 Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningakatkan pikir manusia, sedangkan teknologi memusatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah ntuk menambah kapasitas kerja manusia. 3. Tujuan ilmu adalah memajukan pembangkitan pengetahuan sedangkan tujuan teknologi adalah memajukan kapasitas teknis dalam membuat barang atau layanan 4. Abrams dan layton merumuskan perbedaan ilmu dan teknologi terkaitdengan pemeang peran. 5. Ilmu bersifat ‘suprasional’( mengatasi batas negara ), seangkan teknologi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu. 6. Input teknologi berbagai jenis yaitu jenis material alamiah, daya alamiah, keahlian, tehnik, alat, mesin, ilmu maupun pengetahuan dari berbagai macam misalnya akal sehat, pengalaman, ilham, instuisi, dan lain-lain. 7. Output ilmu adalah pengetahuan baru, sedangkan tehnologi menghasilkan produk berdimensi tiga VI. Literatur Surajiwo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembanganya di Indonesia. PT Bumi Aksara. Jakarta Suryasumantri Jujun, 2007, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Achmadi Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Achmad Cecep, 1989. Filsafat Administrasi dan Manajemen, Bandung: Yayasan Bina Administra BAB V METODOLOGI I. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami Konsep-konsep administrasi publik, teori administrasi publik, peran administrasi publik dan ruang lingkup administrasi publik. II. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagaimana Konsep-konsep administrasi publik, teori administrasi publik, peran administrasi publik dan ruang lingkup administrasi publik III. Waktu : 2 X 50’ IV. Pertemuan : 10 dan 11 V. Materi A. PENGERTIAN METODOLOGI Metedologi berasal dari kata metode dan logos.Metodologi bisa diartikan ilmu yang membicarakan tentang metode-metode.Kata metode berasal dari kata Yunani methodos,sambungan mata dengan meta ( menuju,melalui,mengikuti,sesudah) dan kata benda hodos ( jalan,perjalanan,cara,arah ) kata methodos sendiri berarti : penelitian.metode ilmiah,hipotesis ilmiah,uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut system aturan tertentu. (Anton Bakker,1984 hlm.10 ). Pengertian metode berbeda dengan metedologi. Metode adalah suatu cara,jalan,petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis,sehingga memiliki sifat yang praktis.Adapun metedologi disebut juga science of methods,yaitu ilmu yang membicarakan cara,jalan,atau petunjuk praktis dalam penelitian,sehingga metedologi penelitian membahas konsep teoritis berbagai metode. Dapat pula dikatakan bahwa metedologi penelitian adalah membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian karena metodologi belum memiliki langkah-langkah praktis,adapun derivasinya adalah pada metode penelitian.Bagi ilmu-ilmu seperti sosiologi,antropologi,politik,komunikasi,ekonomi,hokum serta ilmuilmu kealaman,metedologi adalah merupakan dasar-dasar filsafat ilmu dari suatu metode,atau dasar dari langkah praktis penelitian.Seorang peneliti dapat memilih suatu metode dengan dasar-dasar filsofis tertentu,yang konsekwensinya diikuti dengan metode penelitian yang konsisten dengan metedologi yang dipilihnya. (Kaelan,2005,hlm 7.) Jadi,metode bias dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Adapun metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode,aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan,JIka dibandingkan antara metode dan metedologi,maka metedologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus.(Suparlan Suhatono,2005,hlm 94-95). Dengan kata lain dapat dipahami bahwa metedologi bersangkutan dengan jenis,sifat dan bentuk umum mengenai cara-cara,aturan dan patokan prosedur jalannya penyelidikan,yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja. Adapun metode adalah cara kerja dan langkah-langkah khusus penyelidikan secara sistematis menurut metedologi itu,agar tercapai suatu tujuan,yaitu kebenaran ilmiah. Peter R.Senn dalam membedakan metode dengan metedologi (Surya Sumantri,1987 ) berpendapat bahwa metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai lankah-langkah sistematis.Adapun metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut B. UNSUR-UNSUR METODOLOGI Unsure-unsur metodologi sebagaimana telah dirimuskan oleh Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair dalam Buku Metedologi Penelitian Filsafat (1994) antara lain dijelaskan sebagai berikut : 1. Interpretasi 2. Induksi dan Dedukasi 3. Koherensi Intern 4. Holistis 5. Kesinambungan Historis 6. Idealisasi 7. Komparasi 8. Heuristika 9. Analogikal 10. Deskripsi 1. Interpretasi Artinya menafsirkan ran,tetapi yang tidak bersifat subjektif (menurut selera orang yang menafsirkan)melainkan harus bertumou pada ovidensi,objektif,untuk mencapai kebenaran yang autentik.Dengan interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian,pemahaman atau verstehen,Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari. 2. Induksi dan Deduksi Daikatakan oleh Beerling,bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode induksi dan deduksi menurut pengertian siklus empiris.Siklus empiris meliputi beberapa tahapan yaitu : observasi ,induksi,deduksi,kajian (eksperimentasi) dan evaluasi.Tahapan itu pada dasarnya tidak berlaku secara berturut-turut,melainkan terjadi sekaligus.Akan tetapi,siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam penelitian filsafat,berhubungan dengan sifat-sifat objek formal yang istimewa. 3. Koherensi Intern Koherensi Intern yaitu usaha untuk memahami secara besar guna memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsure structural dilihat dalam struktur yang konsisten,sehingga benar-benar merupakan internal structure atau internal relations. Walaupun mungkin terdapat banyak semacam oposisi diantaranya,tetapi unsure-unsur itu tidak boleh bertentangan satu samalain.Dengan demikian akan terjadi suatu lingkaran pemahaman antara hakikat menurut keseluruhannya dari satu pihak dan unsure-unsurnya di pihak lain. 1. Holistis Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh.Objek dilihat interkasi dengan seluruh kenyataanya.Identitas objek akan terlihat bila ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya. Objek (manusia)hanya dapat dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungganya dengan manusia,dan manusia sendiriDala hubunganya dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi-reaksi sesuai dengan tema zamannya.Pandangan menyeluruh ini disebut juga totalisasi,semua dipandang dalam kesinambungannya dalamsatu totalitas. 2. Kesinambungan Historis Jika ditinjau menurut perkembangganya,manusia it adalah makhluk historis .Manusia disebut demikian karena berkembang dalam pengalaman dan pikiran,bersama dengan lingkungan zamannya.Masing-masing orang bergumul dalam relasi dengan dunianya untuk membentuk nasib sekaligus nasibnya dibentuk oleh mereka.Dalam perkembangan pribadi itu harus dapat dipahami melalui suatu proses kesinambungan.Rangkaian kegiatan dan peristiwa dalam kehidupan setiap orang memerlukan mata rantai yang tidak terputus.Yang baru masih berlandaskan yang dahulu,tetapi yang lama juga mendapt arti dan relevansi baru dalam perkembangan yang lebih kemudian.Justru dalam hubungan mata rantai itulah harkat manusia yang unik dapat diselerai. 3. Idealisasi Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal,artinya uoaya dalam penelitian untuk memperoleh hasol yang ideal atau sempurna. 4. Komparasi Komparasi adalah usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam.Justru perbandingan itu dapat menentukan secara tegas kesamaan dan perbedaan sesuatu sehingga hakikat objek dapat dipahami dengan semakin murni.Komparasi dapat diadakan dengan objek lain yang sangat dekat dan serupa dengan objek utama.Dengan perbandingan itu,meminimalkan perbedaan yang masih ada,banyak ditemukan kategori dan sifat yang berlaku bagi jenis yang bersangkutan. Komparasi juga dapat diadakan dengan objek lain yang sangat berbeda dan jauh dari objek utama.Dalam perbandingan itu dimaksimalkan perbedaan-perbedaan yang berlaku utnuk dua objek,namun sekaligus dapat ditemukan beberapa persamaan yang mungkin sangat strategis. 5. Heurisika Heuristika adalah metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan masalah.Heuristika benar-benar dapat mengatur terjadinya pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan kaidah yang mengacu. 6. Analogikal Analogikal adalah filsafat meneliti arti,nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.Dengan demikian,akan dilihat analogi antara situasi atau kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas. 10. Deskripsi Seluruh hasil penelitian dapat dideskripsikan.Data yang dideskripsikan memungkinkan dapat dipahami secara mantap. VI. Literatur Surajiwo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembanganya di Indonesia. PT Bumi Aksara. Jakarta Suryasumantri Jujun, 2007, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Achmadi Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Achmad Cecep, 1989. Filsafat Administrasi dan Manajemen, Bandung: Yayasan Bina Administra BAB VI KEBENARAN I. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami Konsep-konsep administrasi publik, teori administrasi publik, peran administrasi publik dan ruang lingkup administrasi publik. II. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagaimana Konsep-konsep administrasi publik, teori administrasi publik, peran administrasi publik dan ruang lingkup administrasi publik III. Waktu : 12 X 13 IV. Pertemuan : 13 dan 14 V. Materi A. CARA PENEMUAN KEBENARAN Cara untuk menemukan kebenaran berbeda beda. Dari berbagai cara untuk menemukan kebenaran dapat di lihat cara yang ilmiah dan yang non ilmiah. cara untuk menemukan kebenaran sebagai mana di uraikan oleh Hartono Kasmadi, dkk., (19900) sebagai berikut. 1. Penemuan secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan yang berlangsung tanpa disengala. Dalam sejarah manusia,penemuan secara kebetulan itu banyak juga yg berguna walaupun terjadinya tidak dengan cara yg ilmiah,tidak disengaja dan tanpa rencana.cara ini tidak dapat di terimadalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu. 2. penemuan 'Coba dan ralat' (Trial and Error) Penemuan coba dan relat terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yg di cari. Memang ada aktifitas mencari kebenaran., tetapi aktivititas itu mengandung unsur spekulatif atau' untung-untungan'. Penemuan dengan cara ini kerap kali memerlukan waktu yang lama, karena memang tanpa rencana, tidak terarah, dan tidak diketahui tujuannya. Cara coba dan ralat ini puntidak dapat diterima sebagai cara ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan kebenaran. 3. Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran meskipunpendapat itu tidak didasrakan pada pembuktian ilmiah. Pendapt itu tidak berarti tidak ada gunanya. Pendapat itu tetap berguna, terutama dalam merangsang usahapenemuan baru bagi orang-orang yang menyaksikannya. Namun demikian adakalanya pendapat itu ternyata tidak dapat dibuktikan kebenarannya dengan demikaian pendapat pemegamg otoritas itu bukanlah pendapat yang berasal dari penelitian, melainkam hanya berdasarkan pemikiran yang diwarnai oleh subjektivitas. 4. Penemuan Secara Cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaannya dengan coba dan ralat memang ada. Seseorang yang menghadapi suatu masalahyang harus dipecahkan pada penemuan secara spekulatif, mungkin sekali ia membuat sejumlah alternatif pemecahan. Kemuadian ia mungkin memilih satu alternatif pemecahan, sekali pun ia tidak yakin benar mengenai keberhasilannya. 5. Penemuan Kebenaran Lewat Cara Berpikir Kritis dan Rasional Telah banyak kebenaran yang dicapai oleh manusia sebagai hasil upayanya menggunakan kemampuan berpikirnya. Dalam menghadapi maslah, manusia berusaha menganilisisnya berdasrkan pengalman dan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada pemecahan yang tepat. Cara berpikir yang ditempuh pada tingkat permulaan dalm memecahkan masalah adalah dengan cara berpikir analitis dan cara bepikir sinetis. 6. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian ilmiah Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran sampai taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Pada setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu pelaksanaannya yang metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logis dan koheren. Artinya, dituntut adanya sistem dalam metode maupun dalm hasilnya. Jadi, susunannya logis. Ciri lainnya adalah universalitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif, artinya terpimpin oleh objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya pelbagai prasangka subjektif. Agar penelitian ilmiah dapat dijamin objektivitasnya, tuntutan intersubjektivitas perlu dipenuhi. Penelitan ilmiah juga harus diferivikasi oleh semua peneliti yang relevan. Prosedur penelitian harus terbuka untuk diperiksa oleh ilmuan yang lain. Oleh karena itu, penelitian ilmiah harus dikomunikasikan. B. DEFINISI KEBENARAN Apakah kebenaran itu? Inilah pertanyaan yang harus dihadapi dalam filsafat ilmu. Hal kebenaran sesungguhnya memang merupakan tema sentral didalam filsafat ilmu. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran. Rasanya lebih tepat kalau pertanyaan kemudian dirumuskan menjadi apakah pengetahuan yang benar itu? Problematik mengenai kebenaran, seperti halnya problematik tentang pengetahuan, merupakan masalh-maslah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu. Apabila orang memberikan prioritas kepada peranan pengetahuan, dan apabila orang percaya bahwa dengan pengetahuan itu manusia akan menemukan kebenaran dan kepastian, maka mau tidak mau orang harus menghadapi pertanyaan tersebut, sebagai hal yang mendasar dan hal yang mendasari sikap dan wawasannya. Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang ditulis oleh purwadarminta ditemukan arti kebenaran yakni 1. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya); misalnya, kebenaran berita ini masih saya sangsikan; kita harus berani membela kebenaran dan keadilan. 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya); misalnya, kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama. 3. Kejujuran; kelurusan hati; misalnya, tidak ada seorang pun sangsi akan kebaikan dan kebenaran hatimu. 4. selalu izin; perkenanan; misalnya, dengan kebenaran yang dipertuan. 5. Jalan kebetulan; misalnya, penjahat itu dapat dibekuk dengan secara kebenaran saja. C. JENIS-JENIS KEBENARAN Telaah dalam filsafat ilmu, membawa orang kepada kebenaran dibagi dalam tiga jenis. Menurut A.M.W. pranarka (1987) tiga jenis kebenaran itu adalah : 1. Kebenaran epistemological 2. Kebenaran ontological 3. Kebenaran semantikal Kebenaran Epistemological adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kadang-kadang disebut dengan istilah veritas cognitionis ataupun veritas logica. Kebenaran dalam arti ontologikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan. Apabila dihubungkan dengan kebenaran epistemologikal kadang-kadang disebut juga kebenaran sebagai sifat dasar yang ada didalam objek pengetahuan itu sendiri. Adapun kebenaran dalam arti semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat didalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran semantikal disebut juga kebenaran moral (veritas moralis) karena apakah tutur kata dan bahasa itu mengkhianati atau tidak terhadap kebenaran epistemologikal ataupun kebenaran ontologikal tergantung kepada manusianya yang mempunyai kemerdekaan untuk menggunakan tutur kata ataupun bahasa itu. Apabila kebenaran epistemologikal terletak didalam adanya kemanunggalan yang sesuai serasi terpadu antara apa yang dinyatakan oleh proses cognitif intelektual manusia dengan apa yang sesungguhya ada didalam objek (yang disebut esse reale rei), apakah itu konkret atau abstrak, maka implikasinya adalah bahwa didalam esse reale rei tersebut memang terkandung suatu sifat intelligibilitas (dapat diketahui kebenarannya). Hal adanya intelligibilitas sebagai kodrat yang melekat didalam objek, didalam benda, barang, makhluk dan sebagainya sebagai objek potensial maupun riil dari pengetahuan cognitif intelektual manusia itulah yang disebut kebenaran ontologikal, ialah sifat benar yang melekat didalam objek. D. SIFAT KEBENARAN Menurut Abbas Hamami Mintaredja (1983) kata’kebenaran’ dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun apstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar. Proposisi maksudnya makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. jika subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan, dan nilai. Hal yang demikian karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri. Dengan adanya berbagai kategori tersebut, tidaklah berlebihan jika pada saatnya setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang lainnya, dan disitu terlihat sifat-sifat dari kebenarannya.Orang lazimnya memutlak kan kebenaran dan kepastian. Kebenaran adalah kebenaran dan kepastian adalah kepastian. Apa yang benar apa yang pasti itu mutlak. Apabila kebenaran yaitu kebenaran epistemologikal, itu ada pada pengetahuan, dan sifat hakikat pengetahuan tersebut adalah relasional, intensional, evolutif, dan diskursif. Bagaimanakah kita dapa mengatakan ada kepastian dan kebenaran yang sifatnya mutlak didalam pengetahuan manusia tersebut? Disinilah dilemanya. Dalam konsteks epistemologi, didalam pengetahua yang benar, dimana terdapat sesuatu comformitas antara subjek yang mengetahui dan objek yang di ketahui selalu terkandung diformitas. Diformitas dalam pengetahuan dapat dibedakan antara diformitas total (diformitas positiva) dan diformitas relatif atau persial (diformitas negativa). Didalam pengetahuan yang benar akan selalu terkandung negatif diformitas, tetapi tidaklah terkandung positif diformitas. Dalam relasi subjek-objek, kebenaran ditinjau dari sudut objeknya akan berarti kebenaran didalam pengetahuan yang konkret akan tetapi akan selalu berfarias. Karena kebenaran si A akan berbeda denga kebenaran si B, dan tidak akan sama dengan kebenaran si C dan seterusnya. Sementara itu kebenaran ditinjau dari segi aspek objeknya akan selalu berarti kebenaran epistemologikal yang tidak tuntas. Artinya subjek itu sendiri adalah suatu totalitas yang kompleks, banyak segi dan aspeknya. Maka itu kebenaran ditinjau dari segi objeknya akan selalu merupakan hal yang kurang sempurna, yang masih ada kekurangannya, atau yang masih harus disempurnakan. Ini artinya tidak bisa dikatakan mutlak sempurna. Begitu pula dengan kepastian, baik itu kepastian manusiawi maupun kepastian metafisikal. Apa yang disebut kepastian dalam kepastian manusiawi ditentukan oleh kodrat manusia yang memiliki kemerdekaan, kemerdekaan yang berarti bebas dari dan bebas untuk. Dengan demikian kepastian manusiawi adalah suatu jenis kepastian yang tergantung dari kehendak bebas manusia sebagai salah satu faktor, bisa dikatakan pasti terjadi jika tidak diubah oleh faktor kemerdekaan manusia tersebut. Sedangkan kepastian metafisikal adalah hal yang sifatnya amat intelektual. Kepastian ini sifatnya mutlak karena menyimpang ataupun pengingkaran terhadap kepastian metafisikal akan berarti kontradiksi intelektual terhadap diri sendiri. Kepastian metafisikal terutama sekali ditujuka kepada para skeptisi yaitu aliran yang meragukan akan adanya pengetahuan manusia. Berbagai kebenaran dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta (1996) dibedakan menjadi tiga hal, yakni sebagai berikut ; 1. kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya apakah pngetahuan itu berupa : a. Pengetahuan biasa atau biasa disebut knowledge of the man in the street atau ordinary knowledge atau commo sense knowledge. Pengetahuan seperti ii memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan. b. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan atau hampiran metodologis yang khas pula, artinya metodologi yang telah mendapat kesepakatan diantara ahli yang sejenis. Kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, maksudnya kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil pertemuan yang paling mutakhir. Dengan demikian, kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang paling akhir dan mendapatkan persetujuan para ilmuwan sejenis. c. Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan filsafati adalah absolut-intersubjektif. Maksudnya nilai kebenaran yang terkandung jenis pengetahuan filsafat selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat dari seorang pemikir filsafat itu serta selalu mendapat kebenaran dari silfut kemudian menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula. Jika pendapat di tinjau dari sisi lain, artinya dengan pendekatan filsafat yang lain sudah dapat pastiksn hasilnya akan berbeda atau bahkan bertentangan atau menghilangkan sama sekali. d. Kebenaran pengetahuan terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memilki sifat dogmatis, artinya dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang di gunakan untuk memahaminya.publikasi makna dari kandungan kitab suci itu dapat berkembang secara dinamis sesuai denganperkembangan waktu, tetapi kandungan dari ayat kitab suci itu tidak dapt di ubah dan sifatnya absolut. 5. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorsng membangun pengetahuannya. Apakah yang membangunnya dengan pengindraan atau sensexperience, atau dengan akal pikir atau rasio, intuisi, atau keyakinan. Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan malalui alat tertentu akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan akan memiliki cara tertuentu untuk membuktikannya, artinya jika seseorang membangunnya malalui indra atau sensexp\erience, pada saat ia membuktikan kebenaran pengetahuanharus melalui indar pula, begitu pula dengan cara yang lain.seseorang tidak dapat membuktikan kandungan kebenaran yang di bangun oleh cara intuitif, dibuktikanya dengan cara lain cara indrawi. 6. Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya, bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek, bagaimakah yang dominan untuk membangun pengetahuan subjekkah atau objek. Jika subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya nilai kebenaran dari pengetahuan yang dikandungnya amat tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu. Atau objek amat berperan maka sifatnya objektif, seperti pengetahuan tentang alam atau ilmu-ilmu alam lainnya dan masih banyak lagi. E. TEORI KEBENARAN DAN KEKHILAFAN Dalam perkembangan pemikiran filsafat tentang perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian di teruskan oleh Aristoteles. Plato malalui dialog membangu toeri pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itulah teori pengetahuan berkembang terus untuk mendapatkan penyempurnaan sampai ini. Untuk mengetahui apakah pengetahuan kita mempunyai nilai kebenaran. Hal ini berhubungan erat debgan sikap, bagai mana cara memperoleh pengetahuan? Apakah hanya kegiatan dan kemampuan akal pikir ataukah melalui kegiatan indra? Yang jelas bagi seorang skeptis pengetahuan tidaklah mempunyai nilai kebenaran, karena semua diragukan atau keraguan itulah yang merupakan kebenaran. Maka dari itu untuk menemukan kebenaran sangatlah sulit. Secara tradisional teori-teori kebenaran itu antara lain sebagai berikut: 1. Teori Kebenaran Saling Berhubungan (Chorence Theory of Truth) Teori Corence dibangun oleh oleh para pemikir seperti Leitmiz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya elements off philosophy teori koherensi dijelaskan "suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam saling berhubungan dengan proposisi-proposisi yang lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita". Dengan memperhatikan pendapat Kattsoff tersebut, dapat diungangkapkan bahwa suatu proposisi itu benar bila mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah ada atau benar, atau proposisi itu mempunyai hubungan dengan proposisi yang terdahulu yang benar. Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah apabila merupakan proposisi sejarah atau memakai logika apabila merupakan pernyataan yang bersifat logis. 2. Teori kebenaran saling berkesesuaian (correspondence theory off truth) Teori kebenaran korespondensi adalh teori kebenaran yang paling awal dan paling tua. Teori tersebut berangkat dari teori pengetahuan Restoteles yang menyatakan segala sesuatu yang diketahui adalah suatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek. (Abbas hamami, 1996, halaman 116) Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila saling berkesesuaian dengan dunia kenyataan. Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan. Misalnya pengetahuan"air akan menguap jika dipanasi sampai dengan seratus derajat". Pengetahuan tersebut menyatakan benar kalau kemudian dicoba memanasi air dan diukur sampai seratus derajat, apakah air menguap! Jika terbukti tidak menguap maka pengetahuan tersebut dinyatakan salah dan jika terbukti air menguap, maka pengetahuan tersebut dinyatakan benar. Kadang-kadang teori tersebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat. Kattsoff (1986) menguraikan tentang teori kebenaran pragmatis ini adalah penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam satu macam konsekuensi. Atau proposisi itu dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian yang memuaskan tehadap pengalama, pernyataan itu adalah benar. Misalnya pengetahuan naik bis, kemuadian akan turun dan bilang kepada kondektur "kiri". kemudian bisa berhenti diposisi kiri. Dengan berhenti diposisi kiri, penumpang bisa turun dengan selamat. Jadi, mengukur kebenaran bukan dilihat karena bis berhenti di posisi kiri, namun penumpang bisa turun dengan selamat karena berhenti diposisi kiri. 3. Teori kebenaran berdasarkan arti (semantic theory off truth) Proposisi itu ditinjau dari segi artinya atau maknanya. Apakah proposisi merupakan pangkal tumpulnya itu mempunyai referen yang jelas. Oleh sebab itu, teori ini mempunyai tugas untuk menguatkan kesahan dari proposisi dalam referensinya.( Abas Hamami M. 1982 halaman 29). Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan pasca filsafat Bertrand Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat analitika bahasa. Misalnya filsafat secara etimologi berasal dari bahasa yunani philosophia ynag berarti cinta akan kebijaksanaan. Pengetahuan tersebut dinyatakan benar kalau ada referensi yang jelas. Jika tidak mempunyai referensi yang jelas maka pengetahuan tersebut dinyatakan salah. 4. Teori Kebenaran Sintaksis Para penganut teori kebenaran sintaksis, berpangkal tolak pada ketaraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya. Dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku.atau dengan kata lain apabils proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang disaratkan maka proposisi mempunyai arti. Teori ini berkembang diantara filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika. Misalnya suatu kalimat standar harus ada subjek dan predikat. Jika kalimat tidak ada subjek maka kalimat itu dinyatakan tidak baku atau bukan kalimat. Seperti"semua korupsi", ini bukan kalimat standar karena tidak ada subjeknya. 5. Teori Kebenaran Nondeskripsi Teori kebenaran nondeskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan akan taat itu. Jadi, pengetahuan akan memiliki nilai benar sejau pernyataan itu memilki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari. 6. Teori Kebenaran Logig yang Berlebihan (Logocal Superpluiti of Thruth) Teori ini oleh kaum positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasranya menurut teori ini, problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahas saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenaranya memilki derajat logos yang sama yang masing-masing saling melingkupinya. VI. Literatur Surajiwo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembanganya di Indonesia. PT Bumi Aksara. Jakarta Suryasumantri Jujun, 2007, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Achmadi Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Achmad Cecep, 1989. Filsafat Administrasi dan Manajemen, Bandung: Yayasan Bina Administra BAB VII ETIKA KEILMUWAN I. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami Konsep nilai dan etika keilmuan II. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagaimana Konsep nilai dan etika keilmuan III. Waktu : 2 X 50’ IV. Pertemuan : 14 dan15 V. Materi 1. ETIKA KEILMUAN Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil-hasil kegiatan keilmuan memberikan alternative untuk membuat keputusan politik dengan berkiblat pada pertimbangan moral. Ilmu dan moral yang termasuk dalam genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-masing. Tiap-tiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya komponen tersebut adalah ontology, epistemology, dan aksiologi. Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminology etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku gerakan-gerakan, kata-kata dan sebagainya. Adapun motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau tingkah laku yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruk. Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi dua yaitu, etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang buruk, yang harus dikerjakan dan yang tidak. Etika normatif dapat dibagi menjadi Etika umum dan Etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, sedangkan Etika khusus adalah pelaksanaan prinsip-prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya. Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistim nilai yang ada. Frans Magnis Suseno (1987) membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran moral adalah ajaran. Wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tanpa filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan kita harus hidup, bukan etika melainkan ajaran moral. Etika mau mengerti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Norma adalah alat tukang kayu atau tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian norma yaitu sebuah ukuran. Pada perkembangannya norma di artikan garis pengaruh atau suatu peraturan. Misalnya dalam suatu masyarakat pasti berlaku norma umum, yaitu norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral. 2. PROBLEMA ETIKA ILMU PENGETAHUAN Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan lebih lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal, karena pada dasarnya ilmu pengetahuandan teknologi adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh ekosistem manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia. Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-masa lal, sekarang maupun apa akibatnya bagi masa depan. Berdasarkan keputusan bebas manusia dalam kegiatannya, penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu aturan baik alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga agar apa yang diwujudkan dalam perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh. Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut upaya menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehiupan manusia. Akan tetapi, harus menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak di kerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia yang seharusnya, baik dalam hubungan sebagai pribadi, dalam hubungan dengan lingkungan, maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap khaliknya. Jadi sesuai dengan adanya pendapat Van Melsen (1985) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat ataupun menungkatkan keberadaaan manusia tergantung pada manusia itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya. Kemajuan di bidang teknologi memerlukan kedewasaan manusia dalam arti yang sesungguhnya yakni kedewasaan untuk mengerti mana yang layak dan tidak layak, yang buruk dan yang baik. Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia saja, tetapi juga merupakan hasil perkembangan dan kreativitas manusia itu sendiri. 3. PENDEKATAN KEILMUWAN a. Pendekatan Ontologis Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang obyek. Secara ontologis ilmu membatasi ilmu penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman di serahkan ilmu kepada pengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satupengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologism tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris adalah konsisten dengan asas epistemology keilmuan yang masyarakatan adanya verivikasi secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan pertanyaan yang bersifat benar secara ilmiah. Dalam kaitannya dengan kaidah moral bahwa dalam menetapkan obyek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia, merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan. Di samping itu, secara ontologism ilmu bersifat netral terhadap nilai-nilai yang bersifat dogmatik dan menafsirkan hakikat realitas sebab ilmu merupakan upaya manusia untuk mempelajari alam sebagaimana adanya. b. Pendekatan Epistemologi Epistemologi adalah cabang filsafat yang menceritakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemilogi mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan di timbahnya pengetahuan yang berupa ilmu. Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah, pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannyaberdasarkan : a. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. b. Menjabarkan hipotesis yang merupakan dedukasi dari kerangka pemikiran tersebut. c. Melakukan vertifikasi terhadap hipotesis termasuk untuk menguji kebenaran pernyataan secara faktual. Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap phenomena alam. Vertifikasi secar empiris berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan faktual. Demikian juga vertifikasi faktual membuka diri terhadap kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap baru yang mempunyai sifat pragmatis yang prosesnya secara berulang (siklus) berdasarkan cara berfikir kritis. Dalam kaitan dengan moral, dalam proses kegiatan keilmuan setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individu. Jadi, ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan. c. Pendekatan Aksiologi Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan. Pada dasarnya suatu ilmu harus digunakan dan di manfaatkan kemasalahan manusia. Dalam hal ini, ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk kepentingan manusia tersebut pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak ilmu tidak mempunyai konotasi ras, ideology, atau agama. D. SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUAN Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu merupakan suatu cara berfikir yang demikian tentang suatu obyek yang khas dengan pendekatan yang kahs pula sehingga menghasilakn suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti system dan struktur ilmu dapat di pertanggung jawabkan secara terbuka. Oleh karena itu, ia terbuka untuk di uji oleh siapa pun. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang didalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, objektif, dan terbuka. Namun selain itu masalah mendasar yang dihadapi ilmuan setelah ia membangun suatu bangunan yang kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tidak dapat di pungkiri bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Oleh karena itu, penting bagi para ilmuan memiliki sikap ilmiah. Para ilmuan sebagai orang yang professional dalam bidang keilmuan sudah barang tentumereka juga perlu memiliki visi moral, yaitu moral khusus sebagai ilmuan. Moral inilah dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap para ilmuan, menurut abbas Hamami M (1996) sedikitnya ada enam, yaitu sebagai berikut : 1) Tidak ada rasa pamrih (disintrestedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi. 2) Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuan mampu mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukan kekuatannya, atau cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukan akurasinya. 3) Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indra serta budi (mind). 4) Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu mencapai kepastian. 5) Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus selalu merasa tidak puas terhadap penelitian yang dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya. 6) Seorang ilmuan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu, untuk memajukan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan Negara. Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif berlaku bagi semua ilmuan. Hal ini pada dasarnya seorang ilmuan tidak boleh terpengaruh oleh system budaya, system politik, system tradisi, atau apa saja yang hendak penyimpangan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas ysng berlaku secara universal dan komunal. Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan secara spesifik berlaku bagi kelompok ilmuan tertentu. Misalnya etika kedokteran, etika bisnis, etika polotisi, serta etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma etis yang berlaku bagi para ilmuan diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian objektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan. VI. Literatur Surajiwo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembanganya di Indonesia. PT Bumi Aksara. Jakarta Suryasumantri Jujun, 2007, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Achmadi Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Achmad Cecep, 1989. Filsafat Administrasi dan Manajemen, Bandung: Yayasan Bina Administra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar